HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Hizbullah Serukan Pemimpin Baru Suriah Tetap Menganggap Israel Sebagai Musuh

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem | Foto: Sebastian Baryli

VAZNEWS.COM
- Setelah keruntuhan rezim Bashar Al-Assad di Suriah, situasi di kawasan Timur Tengah semakin memanas. Israel, menurut berbagai laporan, terus berupaya menghancurkan kemampuan militer Suriah di perbatasan, menggunakan berbagai dalih untuk mengonsolidasikan keunggulan militernya.

Dalam situasi ini, Hizbullah, kelompok yang berbasis di Lebanon dan dikenal sebagai salah satu aktor penting di kawasan, menyampaikan pandangannya terhadap perubahan politik di Suriah.

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, pada Minggu, 15 Desember 2024, menyerukan agar pemimpin baru Suriah mempertahankan sikap bermusuhan terhadap Israel. Dalam pidatonya, Qassem menekankan pentingnya mempertahankan pandangan bahwa Israel adalah musuh, meskipun ia mengakui bahwa kekuatan baru di Suriah masih belum menunjukkan arah kebijakan yang jelas.

"Rezim Suriah telah diambil alih oleh kekuatan-kekuatan baru. Masih terlalu dini untuk menilai mereka sampai mereka stabil, memperjelas posisi mereka, dan menegakkan ketertiban. Tetapi harapannya bahwa kepemimpinan baru di Suriah akan memandang Israel sebagai musuh," ujar Qassem dalam pidato yang dikutip oleh Shafaq News.

Keruntuhan rezim Assad membawa dampak besar bagi Hizbullah, terutama dalam hal logistik militer. Qassem mengungkapkan bahwa kelompoknya kehilangan salah satu rute pasokan utama melalui Suriah, yang selama ini menjadi jalur penting dalam mendukung operasi mereka.

Namun, ia juga menegaskan bahwa Hizbullah sedang bekerja untuk menemukan alternatif guna menjaga kelangsungan logistik mereka.

Sementara itu, Israel tampaknya semakin intensif melakukan serangan di wilayah perbatasan Suriah, memanfaatkan kekosongan kekuasaan yang terjadi setelah jatuhnya pemerintahan Assad. Beberapa analis memperkirakan, langkah ini dilakukan untuk mencegah munculnya kekuatan militer baru di Suriah yang dapat mengancam keamanan Israel di masa depan.

Di sisi lain, ketidakpastian politik di Suriah menciptakan spekulasi mengenai arah kebijakan pemerintahan baru terhadap berbagai aktor regional, termasuk Hizbullah dan Israel. Banyak pihak menilai, stabilitas dan posisi politik Suriah di bawah kepemimpinan baru akan memainkan peran penting dalam menentukan dinamika kawasan ke depan.

Hizbullah, sebagai salah satu sekutu utama rezim Assad selama perang sipil Suriah, kini menghadapi tantangan untuk menyesuaikan strategi mereka di tengah perubahan geopolitik yang terjadi. Pernyataan Qassem mencerminkan kekhawatiran dan harapan kelompok ini, bahwa Suriah tetap menjadi sekutu strategis yang dapat memperkuat posisi perlawanan mereka terhadap Israel.

Dengan situasi yang terus berkembang, semua mata kini tertuju pada langkah-langkah pemerintahan baru Suriah dalam menentukan arah kebijakannya, baik secara domestik maupun dalam hubungan dengan negara-negara tetangga.

Bagaimana Suriah menyikapi Israel, serta hubungannya dengan Hizbullah, akan menjadi faktor penting dalam membentuk stabilitas kawasan di masa mendatang.

Posting Komentar